Jumat, 17 Oktober 2014

Kemirisan Negeri Oleh Tangan Sendiri

Proses kerusakan lingkungan hidup di Pulau Bangka Belitung bukanlah diakibatkan oleh fenomena alam melainkan oleh sebab ulah tangan manusia yang diberikan kepercayaan untuk mengelolanya untuk kepentingan mereka. Fenomena ini merupakan akibat dari euphoria otonomi daerah yang mengabaikan good and clean governance (tata kelola pemerintahan yang baik).  Sehingga diasumsikan telah menimbulkan kegagalan kebijakan (policy failure) dalam formulasi, implementasi maupun monitoringnya serta kegagalan kelembagaan (institutional failure).

Pengelolaan pertambangan di Bangka Belitung mengalami berbagai persoalan baik dari aspek lingkungan hidup, aspek sosial, aspek hukum, ekonomi dan aspek ekonomi politik. Pada aspek lingkungan telah terjadi pengrusakan lingkungan hidup baik di darat maupun di laut. Sementara dalam aspek sosial telah menimbulkan konflik tanah, korban kecelakaan penambang, konflik kepentingan pengelolaan sumber daya tanah dan sumber daya timah itu sendiri.

Adanya minat pengusaha timah untuk melanjutkan operasional pada sektor laut dengan memanfaatkan Kapal Isap dibeberapa perairan Bangka Belitung telah menjadi tanda bahwa timah sendiri semakin berkurang didaratan. Jika hal ini terus berlanjut dan dibiarkan, tentu Bangka Belitung akan mengalami kerusakan total yang meliputi darat dan laut. Padahal, potensi terbesar yang dimiliki Bangka Belitung berada pada sektor laut.

Meningkatnya pertambangan timah didaratan saja telah memberikan dampak yang luar biasa menyusahkan bagi masyarakat. Belum lagi jika mereka yang telah menggali lubang, ditinggal begitu saja saat timah dilahan tersebut telah habis. Mereka yang tidak bertanggung jawab seakan tanpa berdosa telah menghancurkan masa depan anak cucunya dimasa yang akan datang demi memuaskan keserakahannya dimasa kini. Lubang-lubang yang tidak ditutup dan tidak ditanami pohon kembali tersebut menyebabkan berkurangnya jumlah pohon yang akan menahan jumlah air hujan ditanah. Hal ini menyebabkan Bangka Belitung mudah mengalami masa kemarau yang panjang. Selain itu, hal ini menyebabkan berkurangnya daerah subur yang dapat meningkatkan hasil pertanian di Bangka Belitung.

Jika penambangan-penambangan tersebut terus dilanjutkan, maka sulit rasanya untuk membangun sektor pertanian dan perairan di Bangka Belitung dimasa yang akan datang. Pembangunan-pembangunan tersebut akan tersendat prosesnya mana kala alam telah terpuruk oleh keserakahan manusia. Padahal, FAO memprediksi bahwa tahun 2020 penduduk dunia akan meningkat sekitar 7,5 Milyar. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada proses pemenuhan kebutuhan pangan. Jika Bangka Belitung tidak dapat mandiri dalam memproduksi pangan sendiri, sulit untuk berjuang hidup di tanah sendiri.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar